Lahir, Bandar Lampung, Sekolah dan nyantri di Pesantren, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis Puisi.

Sosio Poetika dari Mu'allaqat Hingga Ummu Kalthum

Selasa, 8 April 2025 22:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ummu Kulsum, Sang Bintang Timur - Alif.ID
Iklan

Tradisi puitis Arab merupakan salah satu manifestasi kebudayaan yang paling kaya dan berkelanjutan dalam sejarah peradaban manusia.

 

 

 

Tradisi puitis Arab merupakan salah satu manifestasi kebudayaan yang paling kaya dan berkelanjutan dalam sejarah peradaban manusia. Sejak masa pra-Islam hingga era modern, ekspresi puitis telah menjadi inti dari identitas Arab, bertransformasi namun tetap mempertahankan esensinya sebagai bentuk tertinggi ekspresi linguistik dan cultural. Makalah ini akan menelusuri kontinuitas tradisi tersebut, dimulai dari fenomena Mu'allaqat pada masa Jahiliyyah hingga manifestasi modernnya dalam pertunjukan vokal Ummu Kalthum, dengan fokus pada aspek sosio-poetika yang menjadi jembatan penghubung antara tradisi kuno dan ekspresi kontemporer.

Mu'allaqat: Fondasi Tradisi Puitis Arab

Mu'allaqat (المعلقات), secara harfiah berarti "yang digantungkan", merupakan kumpulan tujuh hingga sepuluh puisi pra-Islam terbaik yang menurut tradisi digantung di dinding Ka'bah sebagai simbol keunggulan sastrawi. Kompetisi puisi yang diadakan di pasar Ukaz menjadi ajang bagi para penyair untuk menunjukkan kemahiran linguistik mereka dalam menciptakan gambaran yang hidup, metafora yang kaya, dan ekspresi emosional yang mendalam. Kemampuan untuk berimprovisasi dan menciptakan syair secara spontan berdasarkan observasi selintas terhadap fenomena alam atau peristiwa sosial menjadi tolok ukur keahlian seorang penyair.

Dalam konteks masyarakat Arab pra-Islam yang didominasi oleh tradisi lisan, syair menjadi instrumen vital untuk:

  • Melestarikan sejarah dan nilai kesukuan
  • Menegaskan identitas kolektif
  • Mentransmisikan pengetahuan antar generasi
  • Mengekspresikan sentimen personal maupun komunal

Fenomena Mu'allaqat tidak hanya menjadi bukti kemampuan linguistik tetapi juga mencerminkan struktur sosial masyarakat Arab, di mana penyair memiliki status tinggi sebagai penjaga memori kolektif dan pencipta narasi identitas.

Transformasi Tradisi Puitis Pasca-Islam

Kedatangan Islam pada abad ke-7 M membawa perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat Arab. Namun, alih-alih menghapus tradisi puitis yang telah mengakar, Islam justru mentransformasinya. Al-Qur'an sendiri, dengan keindahan linguistiknya yang luar biasa, dapat dipandang sebagai puncak ekspresi sastrawi dalam bahasa Arab. Nabi Muhammad SAW, meskipun mengkritik beberapa aspek syair Jahiliyyah yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tetap menghargai syair yang mengandung hikmah dan kebajikan.

Dalam perkembangannya, tradisi puitis Arab mengalami penyesuaian dan pengayaan dengan dimensi spiritual Islam. Muncul genre-genre baru seperti qasidah religius, madih nabawi (pujian kepada Nabi), dan berbagai bentuk puisi sufi. Yang tetap bertahan adalah apresiasi terhadap keindahan bahasa, improvisasi, dan respons emosional audiens sebagai elemen penting dalam pertunjukan puitis.

Ummu Kalthum: Perwujudan Modern Tradisi Sosio-Poetica

Lompatan besar dalam evolusi tradisi puitis Arab terjadi pada abad ke-20 dengan kehadiran Ummu Kalthum (1898-1975). Sebagai penyanyi dan performer, Ummu Kalthum berhasil menghidupkan kembali esensi tradisi Mu'allaqat dalam bentuk yang dapat diapresiasi oleh masyarakat modern. Pertunjukannya mewujudkan kontinuitas kultural yang menghubungkan masa pra-Islam dengan era kontemporer melalui beberapa aspek:

  • Improvisasi dan Respons Audiensial

Ciri paling mencolok dari pertunjukan Ummu Kalthum adalah durasi panjang dengan improvisasi berdasarkan reaksi penonton. Sebuah lagu bisa berlangsung lebih dari sejam karena Ummu Kalthum akan mengulang frasa-frasa tertentu dengan variasi melodis berbeda, merespons antusiasme penonton. Praktik ini secara langsung menggemakan tradisi pertunjukan syair di pasar Ukaz, di mana penyair akan menyesuaikan ritme dan konten berdasarkan respons audiensial.

  • Keunggulan Linguistik

Repertoar Ummu Kalthum mencakup puisi klasik Arab karya penyair seperti Ahmad Shawqi dan Hafez Ibrahim, yang dimusikalisasi dengan tetap mempertahankan integritas linguistik dan metrik puisi asli. Penekanannya pada pelafalan yang sempurna dan artikulasi yang jelas menunjukkan penghormatan terhadap bahasa Arab sebagai medium seni tertinggi, melanjutkan tradisi Mu'allaqat.

  • Fungsi Sosial

Seperti penyair Mu'allaqat yang menjadi juru bicara komunitas, Ummu Kalthum menjadi ikon nasionalisme Arab dan identitas kultural kolektif. Konsernya yang disiarkan setiap Kamis pertama setiap bulan menjadi ritual sosial yang menyatukan masyarakat Arab dari berbagai latar belakang, menciptakan pengalaman komunal yang serupa dengan pertemuan di pasar Ukaz.

  •  Transmisi Nilai

Melalui interpretasinya terhadap puisi klasik dan modern, Ummu Kalthum menjadi medium untuk mentransmisikan nilai-nilai kultural dan estetika sastrawi kepada generasi baru. Dia memperkenalkan karya-karya penyair klasik kepada audiens modern, menjembatani kesenjangan temporal antara tradisi kuno dan kontemporer.

Aspek Sosio-Poetica sebagai Kontinuitas Kultural

Elemen yang menjadi benang merah dari Mu'allaqat hingga Ummu Kalthum adalah dimensi sosio-poetica, yaitu interaksi dinamis antara kreator (penyair/penyanyi), audiens, dan konteks sosial yang lebih luas. Beberapa aspek penting dari kontinuitas ini meliputi:

  • Tarab: Ekstase Estetik

Konsep tarab (طرب) atau ekstase estetik yang dihasilkan oleh interaksi antara performer dan audiens tetap menjadi inti dari tradisi puitis Arab. Dari declamasi Mu'allaqat hingga pertunjukan Ummu Kalthum, respons emosional kolektif menjadi validator utama keberhasilan sebuah pertunjukan.

  • Modulasi dan Repetisi

Teknik modulasi dan repetisi yang digunakan Ummu Kalthum untuk membangun intensitas emosional memiliki pararel dengan teknik retorika dalam tradisi syair lisan, di mana pengulangan berfungsi sebagai alat mnemonic dan intensifikasi makna.

  • Ruang Publik sebagai Panggung Kultural

Pasar Ukaz pada masa pra-Islam dan studio radio tempat Ummu Kalthum melakukan siaran langsung sama-sama berfungsi sebagai ruang publik di mana nilai-nilai estetik dinegosiasikan dan identitas kultural dikonfirmasi secara kolektif.

  • Otoritas Kultural

Status tinggi yang dinikmati oleh penyair Mu'allaqat dan Ummu Kalthum mencerminkan peran mereka sebagai pemegang otoritas kultural yang mengartikulasikan sensibilitas kolektif dan aspirasi komunal.

 

 

Kontinuitas dari Mu'allaqat hingga Ummu Kalthum mendemonstrasikan daya tahan luar biasa dari tradisi puitis Arab sebagai kerangka kultural. Tradisi ini tidak hanya bertahan tetapi terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi sambil mempertahankan esensi interaksional dan performatifnya. Ummu Kalthum, dengan kemampuan vokalnya yang luar biasa dan sensitivitas terhadap respons audiensial, berhasil mentransformasi warisan Mu'allaqat menjadi bentuk seni yang relevan dengan modernitas tanpa mengorbankan kedalaman kultural.

Pelestarian kebudayaan sosio-poetica Arab dari masa pra-Islam hingga era modern menunjukkan bahwa tradisi bukan entitas statis tetapi proses dinamis yang terus dinegosiasikan dan direkonfigurasi. Dalam konteks ini, Ummu Kalthum bukan sekadar penyanyi tetapi mediator kultural yang menjembatani masa lalu dan masa kini, melestarikan esensi tradisi puitis Arab sekaligus membuatnya tetap hidup dan bermakna bagi generasi kontemporer.

Tradisi yang mengakar pada Mu'allaqat dan mencapai manifestasi modernnya dalam pertunjukan Ummu Kalthum merupakan contoh par excellence dari pelestarian kebudayaan yang tidak bersifat museologis tetapi organik dan integratif, di mana elemen-elemen esensial dari warisan kultural terus direvitalisasi dan direinterpretasi dalam dialog dengan konteks kontemporer.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content
AW. Al-faiz

Penulis Indonesiana

5 Pengikut

img-content

Gigi

Sabtu, 26 April 2025 07:43 WIB
img-content

Surat

Kamis, 24 April 2025 20:12 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler